Jakarta – MCA-Indonesia menandatangani empat
kemitraan antara sektor publik dan swasta senilai 28 juta dolar AS di bidang
manajemen sumber daya alam dan energi terbarukan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui Proyek Kemakmuran Hijau.
Empat
kemitraan tersebut bertujuan untuk mendorong investasi sektor swasta untuk
memperbaiki praktik tata guna lahan dan pengelolaan sumber daya alam dalam
sektor kehutanan dan pertanian yang lebih baik, serta pengembangan pemanfaatan
sumber energi terbarukan. Kemitraan ini merupakan penyaluran ke tiga dari Hibah
Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau.
“Kemitraan
ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi pengelolaan sumber daya alam yang
lebih baik serta pemanfaatan sumber energi terbarukan demi pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujar Direktur Eksekutif MCA-Indonesia,
Bonaria Siahaan pada Jum’at, 18 Desember 2015.
Melalui
empat kemitraan ini, keanekaragaman hayati Indonesia terjaga dan energi yang
lestari tersedia sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Kemitraan ini juga akan meningkatkan nilai produksi perkebunan agar petani
semakin kesejahteraan serta mengembangkan ekowisata demi kesejahteraan dan
keterampilan masyarakat lokal. Seluruh upaya kemitraan tersebut akan
berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sebagai
contoh, melalui hibah ini, Kalla Foundation berupaya meningkatkan nilai
produksi kakao dan kesejahteraan 7.500 petani kakao melalui praktik pertanian
dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Hal ini akan dicapai melalui
antara lain: promosi fermentasi biji kakao di pusat fermentasi masyarakat,
pelatihan praktik pertanian yang lebih baik, serta promosi sistem pertanian
ramah lingkungan dan wanatani. Selain itu, Kalla Foundation juga akan
menghijaukan 7.000 hektar lahan yang terdegradasi.
Penerima
hibah kemitraan tersebut adalah berbagai lembaga dengan konsorsiumnya, yaitu
WWF Indonesia; Kalla Foundation dengan PT
Kalla Kakao Industri dan Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera; HiVOS bersama
Winrock International dan Yayasan Rumah Energi dan Eco Solutions Lombok yang
menjalin konsorsium dengan Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organization dan Yayasan Masyarakat Peduli.
Hibah
Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau MCA-Indonesia ini menggunakan model yang
holistik untuk kerjasama antara sektor publik dan swasta. Melalui model ini,
terdapat kepemilikan program yang penuh antara kedua pihak dan keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan program. Model ini diharapkan akan diadaptasi oleh
sektor-sektor lain di Indonesia.
Proyek
Kemakmuran Hijau adalah bagian dari Compact Indonesia, hibah lima tahun (2013-2018)
dari Millennium Challenge Corporation (MCC), lembaga donor Amerika Serikat.
Compact adalah pilar utama dari kemitraan strategis Amerika Serikat-Indonesia
yang bertujuan mengentaskan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi.
MCA-Indonesia adalah pelaksana Compact.
Informasi Ringkas Hibah Kemitraan Proyek
Kemakmuran Hijau
Proyek Kemakmuran Hijau MCA-Indonesia
berupaya memobilisasi sumber daya yang berasal dari sektor swasta untuk
mendorong pembangunan masyarakat melalui Hibah Kemitraan yang menyediakan dana
padanan untuk berbagai proyek di bidang pengelolaan sumber daya manusia dan
pemanfaatan sumber energi terbarukan.
Melalui Hibah
Kemitraan ini, Proyek Kemakmuran Hijau berupaya mengatasi berbagai hambatan
pertumbuhan ekonomi sembari mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk
pembangunan rendah karbon. Tujuan utama Proyek Kemakmuran Hijau adalah pengembangan, pembiayaan dan pelaksanaan
model yang baru dan berkelanjutan bagi proyek-proyek ramah lingkungan yang
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hibah Kemitraan
secara khusus fokus untuk mempertemukan berbagai inisiatif
yang inovatif dan berguna dari sektor publik dan swasta di bidang kehutanan,
pertanian dan sumber energi terbarukan untuk merangsang pertumbuhan investasi
ekonomi.
Berikut adalah profil ringkas penerima
Hibah Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau yang melakukan penandatanganan kesepakatan
hibah pada 18 Desember 2015.
1. WWF Indonesia
RIMBA Project
Proyek ini bertujuan melindungi
keanekaragaman hayati untuk meningkatkan stok karbon di seluruh bentang alam
kritis di wilayah Proyek RIMBA di Sumatra. Hal ini akan dicapai dengan meningkatkan
konektivitas ekosistem hutan melalui pengembangan ekonomi ramah lingkungan.
Ada tiga komponen proyek untuk mencapai
tujuan di atas:
Komponen
1 membentuk pondasi kelembagaan, kapasitas sumber daya
manusia, kesepakatan skenario pembangunan alternatif untuk RIMBA, serta
keberlanjutan program di sektor berbasis kehutanan dan sumber daya lahan.
Komponen
2 melaksanakan kegiatan dengan fokus pada pembangunan ekonomi ramah
lingkungan di dalam bentang alam RIMBA dengan sasaran pengelolaan hutan, memastikan
keadilan sosial akan sumber daya ekonomi, rehabilitasi lahan dan konservasi
keanekaragaman hayati melalui pendekatan ekonomi ramah lingkungan. Hal ini akan
dilakukan melalui: memperkuat koridor margasatwa melalui perencanaan tata ruang
yang lebih jelas, intervensi berbasis hutan yang inovatif, praktik wanatani dan
kehutanan masyarakat, pengelolaan keanekaragaman hayati dan restorasi lahan
gambut dan hutan; mengurangi laju deforestasi lahan di daerah hulu melalui
pengembangan ekonomi lokal.
Komponen
3 mengukur dampak proyek yang berdasarkan bukti serta menyebarkan praktik
cerdas kepada pihak pemerintah dengan harapan dapat menjadi pertimbangan bagi
kebijakan nasional.
Manfaat proyek:
1. Koridor
RIMBA sangat penting untuk penangkapan dan penyimpangan karbon (carbon
sequestration) dan pengembangan ekonomi (sebagai sumber kesejahteraan). Di
dalam wilayah ini terdapat tiga daerah aliran sungai, yaitu wilayah hulu sungai
Indragiri, Kampar dan Batanghari seluas lebih dari sejuta hektar.
2. Memperbaiki
kesejahteraan masyarakat tidak mampu yang mata pencahariannya tergantung pada
alam, serta keanekaragaman hayati
3. Sektor
swasta seperti perkebunan kelapa sawit dan kebuh hutan akan mendapatkan
dukungan praktik pengelolaan sumber daya alam yang baik.
2. Kalla Foundation
Perbaikan Kualitas Ekonomi Berkelanjutan
melalui Pusat Fermentasi Kakao Masyarakat, Sistem Diversifikasi Wanatani dan
Pengembangan Sosial.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan
nilai produksi kakao melalui praktik pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
yang lebih baik. Hal ini juga akan dicapai melalui antara lain: mendorong
petani melalukan fermentasi biji kakao setelah panen di pusat fermentasi
masyarakat, pelatihan praktik pertanian yang berkelanjutan dan praktik
pengelolaan hama dan penyakit tanaman, promosi sistem pertanian ramah
lingkungan dan wanatani, membantu kegiatan pengelolaan sumber daya alam
masyarakat. Selain itu, Yayasan Kalla juga akan menghijaukan 7.000 hektar lahan
yang terdegradasi.
Kegiatan proyek terdiri dari enam
komponen, yaitu:
1. Penghijauan
lahan terdegradasi seluas 7.000 hektar dan memperbaiki kondisi hidrologis
melalui “Program Penghijauan” masyarakat dan menebar bibit di lahan sulit
dijangkau,
2. Pelatihan
bagi 25.000 petani, pekerja kebun dan masyarakat untuk memperbaiki praktik
pertanian dan melembagakan sistem pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
melalui pelatihan di kelas, lokakarya masyarakat dan forum pelatihan lapangan.
3. Promosi
sistem agro-ekologis dan wana tani melalui sistem tumpangsari di kebun kakao
seluas 27.000 hektar untuk keperluan peningkatan pendapatan masyarakat,
4. Menyediakan
20 pusat fermentasi dan pengeringan kakao masyarakat untuk mengatasi masalah
perbedaan kemampuan, kekurangan tenaga kerja, masalah kelancaran keuangan dan
untuk meningkatkan kualitas serta nilai produksi kakao.
5. Menyediakan
19.600 liter yeast inoculants disertai pelatihan untuk menyempurnakan metode
fermentasi kakao,
6. Manajemen
proyek.
Anggota
konsorsium: PT Kalla Kakao Industri, Lembaga Ekonomi
Masyarakat Sejahtera (LEMS)
Manfaat
proyek:
Manfaat proyek dapat dirasakan oleh 7.541
petani kakao di tiga kabupaten. Ada sekitar 26.198 anggota keluarga pekebun
kakao rakyat yang akan merasakan manfaat proyek. Mereka terdiri dari 7.875
laki-laki, 7.400 perempuan dan 10.923 masyarakat terpinggirkan yang akan
mendapatkan manfaat secara tidak langsung.
3. HiVOS
Investasi Energi Terbarukan untuk Masyarakat
Desa dan Tertinggal
Proyek ini bertujuan memberikan akses
energi berkelanjutan untuk memperbaiki perikehidupan sekaligus turut mengurangi
emisi gas rumah kaca.
Hivos akan menggunakan pendekatan
promosi dan jangkauan publik untuk mendekati masyarakat dan pengguna energi
pribadi, khususnya rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga.
Kegiatan ini memiliki tujuan ganda, yaitu untuk meningkatkan kesadaran tentang
energi terbarukan sebagai sumber energi yang terjangkau untuk keperluan
sehari-hari serta menekankan pemahaman terdahap peran penting energi dalam
kapasitas produksi. Melalui energi bersih dan terjangkau, proyek ini akan
memberikan berbagai pilihan bagi masyarakat terus bertani atau mengembangkan
mata pencaharian baru menggunakan energi terbarukan.
Empat kegiatan utama proyek adalah:
1. Kegiatan
utama 1: Memasang sistem energi terbarukan, seperti sistem tenaga surya dan
biodigester skala rumah tangga untuk pompa air, keperluan pertanian, mengupas
jagung, kios pengisi daya dan kegiatan rumah tangga,
2. Kegiatan
utama 2: Program peningkatan kapasitas untuk pengembangan kelembagaan dan
usaha, bagi teknisi operasional dan perawatan, serta gender dan energi
terbarukan,
3. Kegiatan
utama 3: Penggunaan sistem energi terbarukan untuk pusat jasa pengisi daya dan
program biogas rumah tangga,
4. Kegiatan
utama 4: Pelaksanaan program jangkauan publik dan promosi untuk penggunaan
energi terbarukan bagi masyarakat luas di tingkat lokal dan nasional.
Anggota
konsorsium: Winrock International, Yayasan Rumah Energi (YRE)
Manfaat
proyek:
1. Memperbaiki
perikehidupan masyarakat
2. Meningkatkan
pendapatan masyarakat
3. Anak-anak
sekolah dapat belajar dan berprestasi lebih baik di sekolah
4. Eco Solutions Lombok (ESL)
Kemitraan Kemakmuran Hijau Selat Alas
Tujuan proyek adalah meningkatkan laba
bersih petani dan pendapatan bagi wirausaha dan para pekerjanya.
PT. ESP akan menggunakan empat pendekatan
dalam proyek ini, yaitu produksi primer berkelanjutan, nilai tambah produksi,
layanan usaha ramah lingkungan dan penjualan langsung.
Proyek ini terintegrasi dengan berbagai
kegiatan di dalam tiga kategori tipe proyek ini: perlindungan sumber daya alam,
pertanian berkelanjutan dan wana tani serta kehutanan, serta ekoturisme.
Proyek akan dibagi menjadi lima paket
kerja berikut:
1. Produksi
primer berkelanjutan termasuk pelatihan, lokakarya ahli, penanaman tanaman
jarak, dan lain lain,
2. Nilai
tambah produksi termasuk pelatihan, magang, pembangunan unit produksi, rapat
manajemen, bimbingan, monitoring,
3. Layanan
usaha ramah lingkungan termasuk pelatihan khusus dan standar, rapat manajemen,
4. Fasilitas
penjualan langsung termasuk pengenalan dan identifikasi peserta program
pendidikan pembangunan fasilitas di dua lokasi,
5. Usaha
grosir termasuk pengenalan dan identifikasi peserta program pendidikan,
pembangunan fasilitas di satu lokasi.
Manfaat
proyek:
Dalam proyek ini, dana MCA-Indonesia akan
digunakan untuk komponen pengembangan masyarakat agar masyarakat lokal memiliki
kemampuan dan keterampilan sesuai standar industri ekoturisme dan menjadi
bagian dari industri tersebut. Proyek ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu
usaha lokal dan petani beralih ke metode pertanian berkelanjutan. Sekitar 140
hektar lahan akan dialihkan fungsinya dari pertanian tebang-bakar menjadi
pertanian wana tani yang produktif
2. Sebanyak
12 bisnis ramah lingkungan baru akan dibuat untuk menjual barang dan jasa bagi
sarana pariwisata
3. Kapasitas
masyarakat sekitar akan dikembangkan untuk mengelola, memiliki dan
mengoperasikan usaha-usaha baru
4. Memperbaiki
infrastruktur untuk mendukung usaha baru seperti restoran, toko roti dan gudang
pendingin.
Anggota
konsorsium: Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organization (CSIRO), Yayasan Masyarakat Peduli (YMP)
BACA HIBAH KEMAKMURAN HIJAU SECARA NASIONAL LAINNYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar