Selasa, 29 Desember 2015

Investasi 28 juta dolar AS untuk Manajemen SDA dan Energi Terbarukan




Jakarta  – MCA-Indonesia menandatangani empat kemitraan antara sektor publik dan swasta senilai 28 juta dolar AS di bidang manajemen sumber daya alam dan energi terbarukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui Proyek Kemakmuran Hijau.

Empat kemitraan tersebut bertujuan untuk mendorong investasi sektor swasta untuk memperbaiki praktik tata guna lahan dan pengelolaan sumber daya alam dalam sektor kehutanan dan pertanian yang lebih baik, serta pengembangan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Kemitraan ini merupakan penyaluran ke tiga dari Hibah Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau.

“Kemitraan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik serta pemanfaatan sumber energi terbarukan demi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujar Direktur Eksekutif MCA-Indonesia, Bonaria Siahaan pada Jum’at, 18 Desember 2015.

Melalui empat kemitraan ini, keanekaragaman hayati Indonesia terjaga dan energi yang lestari tersedia sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Kemitraan ini juga akan meningkatkan nilai produksi perkebunan agar petani semakin kesejahteraan serta mengembangkan ekowisata demi kesejahteraan dan keterampilan masyarakat lokal. Seluruh upaya kemitraan tersebut akan berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca.

Sebagai contoh, melalui hibah ini, Kalla Foundation berupaya meningkatkan nilai produksi kakao dan kesejahteraan 7.500 petani kakao melalui praktik pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Hal ini akan dicapai melalui antara lain: promosi fermentasi biji kakao di pusat fermentasi masyarakat, pelatihan praktik pertanian yang lebih baik, serta promosi sistem pertanian ramah lingkungan dan wanatani. Selain itu, Kalla Foundation juga akan menghijaukan 7.000 hektar lahan yang terdegradasi.

Penerima hibah kemitraan tersebut adalah berbagai lembaga dengan konsorsiumnya, yaitu WWF Indonesia; Kalla Foundation dengan PT Kalla Kakao Industri dan Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera; HiVOS bersama Winrock International dan Yayasan Rumah Energi dan Eco Solutions Lombok yang menjalin konsorsium dengan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization dan Yayasan Masyarakat Peduli.

Hibah Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau MCA-Indonesia ini menggunakan model yang holistik untuk kerjasama antara sektor publik dan swasta. Melalui model ini, terdapat kepemilikan program yang penuh antara kedua pihak dan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program. Model ini diharapkan akan diadaptasi oleh sektor-sektor lain di Indonesia.

Proyek Kemakmuran Hijau adalah bagian dari Compact Indonesia, hibah lima tahun (2013-2018) dari Millennium Challenge Corporation (MCC), lembaga donor Amerika Serikat. Compact adalah pilar utama dari kemitraan strategis Amerika Serikat-Indonesia yang bertujuan mengentaskan kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi. MCA-Indonesia adalah pelaksana Compact.
Muhammad Karim Wirasaputra | 0812 9420 1238 | muhammad.karim@mca-indonesia.go.id 


Informasi Ringkas Hibah Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau

Proyek Kemakmuran Hijau MCA-Indonesia berupaya memobilisasi sumber daya yang berasal dari sektor swasta untuk mendorong pembangunan masyarakat melalui Hibah Kemitraan yang menyediakan dana padanan untuk berbagai proyek di bidang pengelolaan sumber daya manusia dan pemanfaatan sumber energi terbarukan.
 Melalui Hibah Kemitraan ini, Proyek Kemakmuran Hijau berupaya mengatasi berbagai hambatan pertumbuhan ekonomi sembari mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk pembangunan rendah karbon. Tujuan utama Proyek Kemakmuran Hijau adalah  pengembangan, pembiayaan dan pelaksanaan model yang baru dan berkelanjutan bagi proyek-proyek ramah lingkungan yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Hibah Kemitraan secara khusus fokus untuk mempertemukan berbagai inisiatif yang inovatif dan berguna dari sektor publik dan swasta di bidang kehutanan, pertanian dan sumber energi terbarukan untuk merangsang pertumbuhan investasi ekonomi.
 Berikut adalah profil ringkas penerima Hibah Kemitraan Proyek Kemakmuran Hijau yang melakukan penandatanganan kesepakatan hibah pada 18 Desember 2015.
 1.  WWF Indonesia
 RIMBA Project
 Proyek ini bertujuan melindungi keanekaragaman hayati untuk meningkatkan stok karbon di seluruh bentang alam kritis di wilayah Proyek RIMBA di Sumatra. Hal ini akan dicapai dengan meningkatkan konektivitas ekosistem hutan melalui pengembangan ekonomi ramah lingkungan.
 Ada tiga komponen proyek untuk mencapai tujuan di atas:
Komponen 1 membentuk pondasi kelembagaan, kapasitas sumber daya manusia, kesepakatan skenario pembangunan alternatif untuk RIMBA, serta keberlanjutan program di sektor berbasis kehutanan dan sumber daya lahan.
 Komponen 2 melaksanakan kegiatan dengan fokus pada pembangunan ekonomi ramah lingkungan di dalam bentang alam RIMBA dengan sasaran pengelolaan hutan, memastikan keadilan sosial akan sumber daya ekonomi, rehabilitasi lahan dan konservasi keanekaragaman hayati melalui pendekatan ekonomi ramah lingkungan. Hal ini akan dilakukan melalui: memperkuat koridor margasatwa melalui perencanaan tata ruang yang lebih jelas, intervensi berbasis hutan yang inovatif, praktik wanatani dan kehutanan masyarakat, pengelolaan keanekaragaman hayati dan restorasi lahan gambut dan hutan; mengurangi laju deforestasi lahan di daerah hulu melalui pengembangan ekonomi lokal.
 Komponen 3 mengukur dampak proyek yang berdasarkan bukti serta menyebarkan praktik cerdas kepada pihak pemerintah dengan harapan dapat menjadi pertimbangan bagi kebijakan nasional.
 Manfaat proyek:
1.    Koridor RIMBA sangat penting untuk penangkapan dan penyimpangan karbon (carbon sequestration) dan pengembangan ekonomi (sebagai sumber kesejahteraan). Di dalam wilayah ini terdapat tiga daerah aliran sungai, yaitu wilayah hulu sungai Indragiri, Kampar dan Batanghari seluas lebih dari sejuta hektar.
2.    Memperbaiki kesejahteraan masyarakat tidak mampu yang mata pencahariannya tergantung pada alam, serta keanekaragaman hayati
3.    Sektor swasta seperti perkebunan kelapa sawit dan kebuh hutan akan mendapatkan dukungan praktik pengelolaan sumber daya alam yang baik.

2.  Kalla Foundation
 Perbaikan Kualitas Ekonomi Berkelanjutan melalui Pusat Fermentasi Kakao Masyarakat, Sistem Diversifikasi Wanatani dan Pengembangan Sosial.
 Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan nilai produksi kakao melalui praktik pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Hal ini juga akan dicapai melalui antara lain: mendorong petani melalukan fermentasi biji kakao setelah panen di pusat fermentasi masyarakat, pelatihan praktik pertanian yang berkelanjutan dan praktik pengelolaan hama dan penyakit tanaman, promosi sistem pertanian ramah lingkungan dan wanatani, membantu kegiatan pengelolaan sumber daya alam masyarakat. Selain itu, Yayasan Kalla juga akan menghijaukan 7.000 hektar lahan yang terdegradasi.
 Kegiatan proyek terdiri dari enam komponen, yaitu:
1.    Penghijauan lahan terdegradasi seluas 7.000 hektar dan memperbaiki kondisi hidrologis melalui “Program Penghijauan” masyarakat dan menebar bibit di lahan sulit dijangkau,
2.    Pelatihan bagi 25.000 petani, pekerja kebun dan masyarakat untuk memperbaiki praktik pertanian dan melembagakan sistem pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan melalui pelatihan di kelas, lokakarya masyarakat dan forum pelatihan lapangan.
3.    Promosi sistem agro-ekologis dan wana tani melalui sistem tumpangsari di kebun kakao seluas 27.000 hektar untuk keperluan peningkatan pendapatan masyarakat,
4.    Menyediakan 20 pusat fermentasi dan pengeringan kakao masyarakat untuk mengatasi masalah perbedaan kemampuan, kekurangan tenaga kerja, masalah kelancaran keuangan dan untuk meningkatkan kualitas serta nilai produksi kakao.
5.    Menyediakan 19.600 liter yeast inoculants disertai pelatihan untuk menyempurnakan metode fermentasi kakao,
6.    Manajemen proyek.

Anggota konsorsium: PT Kalla Kakao Industri, Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera (LEMS)  
 Manfaat proyek:
Manfaat proyek dapat dirasakan oleh 7.541 petani kakao di tiga kabupaten. Ada sekitar 26.198 anggota keluarga pekebun kakao rakyat yang akan merasakan manfaat proyek. Mereka terdiri dari 7.875 laki-laki, 7.400 perempuan dan 10.923 masyarakat terpinggirkan yang akan mendapatkan manfaat secara tidak langsung.

3.  HiVOS

Investasi Energi Terbarukan untuk Masyarakat Desa dan Tertinggal
 Proyek ini bertujuan memberikan akses energi berkelanjutan untuk memperbaiki perikehidupan sekaligus turut mengurangi emisi gas rumah kaca.
 Hivos akan menggunakan pendekatan promosi dan jangkauan publik untuk mendekati masyarakat dan pengguna energi pribadi, khususnya rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga. Kegiatan ini memiliki tujuan ganda, yaitu untuk meningkatkan kesadaran tentang energi terbarukan sebagai sumber energi yang terjangkau untuk keperluan sehari-hari serta menekankan pemahaman terdahap peran penting energi dalam kapasitas produksi. Melalui energi bersih dan terjangkau, proyek ini akan memberikan berbagai pilihan bagi masyarakat terus bertani atau mengembangkan mata pencaharian baru menggunakan energi terbarukan.
 Empat kegiatan utama proyek adalah:
1.    Kegiatan utama 1: Memasang sistem energi terbarukan, seperti sistem tenaga surya dan biodigester skala rumah tangga untuk pompa air, keperluan pertanian, mengupas jagung, kios pengisi daya dan kegiatan rumah tangga,
2.    Kegiatan utama 2: Program peningkatan kapasitas untuk pengembangan kelembagaan dan usaha, bagi teknisi operasional dan perawatan, serta gender dan energi terbarukan,
3.    Kegiatan utama 3: Penggunaan sistem energi terbarukan untuk pusat jasa pengisi daya dan program biogas rumah tangga,
4.    Kegiatan utama 4: Pelaksanaan program jangkauan publik dan promosi untuk penggunaan energi terbarukan bagi masyarakat luas di tingkat lokal dan nasional.
 Anggota konsorsium: Winrock International, Yayasan Rumah Energi (YRE)
 Manfaat proyek:
1.    Memperbaiki perikehidupan masyarakat
2.    Meningkatkan pendapatan masyarakat
3.    Anak-anak sekolah dapat belajar dan berprestasi lebih baik di sekolah
     4.  Eco Solutions Lombok (ESL)

 Kemitraan Kemakmuran Hijau Selat Alas
 Tujuan proyek adalah meningkatkan laba bersih petani dan pendapatan bagi wirausaha dan para pekerjanya.

PT. ESP akan menggunakan empat pendekatan dalam proyek ini, yaitu produksi primer berkelanjutan, nilai tambah produksi, layanan usaha ramah lingkungan dan penjualan langsung.
Proyek ini terintegrasi dengan berbagai kegiatan di dalam tiga kategori tipe proyek ini: perlindungan sumber daya alam, pertanian berkelanjutan dan wana tani serta kehutanan, serta ekoturisme.
 Proyek akan dibagi menjadi lima paket kerja berikut:
1.    Produksi primer berkelanjutan termasuk pelatihan, lokakarya ahli, penanaman tanaman jarak, dan lain lain,
2.    Nilai tambah produksi termasuk pelatihan, magang, pembangunan unit produksi, rapat manajemen, bimbingan, monitoring,
3.    Layanan usaha ramah lingkungan termasuk pelatihan khusus dan standar, rapat manajemen,
4.    Fasilitas penjualan langsung termasuk pengenalan dan identifikasi peserta program pendidikan pembangunan fasilitas di dua lokasi,
5.    Usaha grosir termasuk pengenalan dan identifikasi peserta program pendidikan, pembangunan fasilitas di satu lokasi.

Manfaat proyek:
Dalam proyek ini, dana MCA-Indonesia akan digunakan untuk komponen pengembangan masyarakat agar masyarakat lokal memiliki kemampuan dan keterampilan sesuai standar industri ekoturisme dan menjadi bagian dari industri tersebut. Proyek ini akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.    Membantu usaha lokal dan petani beralih ke metode pertanian berkelanjutan. Sekitar 140 hektar lahan akan dialihkan fungsinya dari pertanian tebang-bakar menjadi pertanian wana tani yang produktif
2.    Sebanyak 12 bisnis ramah lingkungan baru akan dibuat untuk menjual barang dan jasa bagi sarana pariwisata
3.    Kapasitas masyarakat sekitar akan dikembangkan untuk mengelola, memiliki dan mengoperasikan usaha-usaha baru
4.    Memperbaiki infrastruktur untuk mendukung usaha baru seperti restoran, toko roti dan gudang pendingin.

Anggota konsorsium: Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO), Yayasan Masyarakat Peduli (YMP)

BACA HIBAH KEMAKMURAN HIJAU SECARA NASIONAL LAINNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar